Senin, 15 Februari 2010

Memaknai Lebaran Bersama Anak

Hasanah Safriyani, Psi / Dimuat di Harian Jogja

Baju baru Alhamdulillah..
Tuk dipakai di hari raya
Tak punya pun tak apa-apa
Masih ada baju yang lama

Lagu anak-anak di atas, rasanya masih relevan dengan kondisi saat ini. Mungkin juga akan tetap relevan di tahun-tahun mendatang, karena (terutama untuk anak) lebaran seringkali identik dengan baju baru, sepatu baru, semuanya serba baru. Akibatnya kalau di tengah Ramadhan orang tua tidak menunjukkan gejala akan membelikan baju lebaran, anak-anak bisa ngambek. Sebetulnya masih banyak hal yang lebih penting dalam memaknai lebaran, yang perlu kita kenalkan kepada anak. Event lebaran bisa dimanfaatkan untuk mengajak anak mempraktekkan nilai-nilai positif dalam hidupnya, antara lain;

Hati yang baru
Jelaskan kepada anak bahwa lebaran adalah hari kemenangan setelah sebulan menahan hawa nafsu, artinya kebaikan yang dipupuk di bulan Ramadhan harus terus dipertahankan. Anak bisa diajak mengenali kebaikan apa yang ia upayakan di bulan ramadhan tahun ini misalnya berusaha tidak mencela makanan, bersedekah, sholat dll. Nah, kebaikan itu perlu terus dilakukan, dimana lebaran adalah awal ia melakukan hal tersebut meskipun tidak di bulan puasa. Pilih kebaikan yang kira-kira memang bisa dipertahankan anak, agar realistis dan tidak membebani. Jadi bukan bajunya yang harus baru, tapi hatinya.

Kesederhanaan
Jika kita bermewah-mewah atau berlebihan dalam menyambut lebaran, anak akan belajar bahwa lebaran identik dengan hura-hura. Sebaliknya, jika orang tua mensikapi lebaran dengan cara yang sederhana anak pun akan menirunya. Membeli baju baru memang tidak salah, tapi tidak perlu dipaksakan dan dijadikan tradisi tahunan. Bukankah yang dianjurkan adalah memilih busana yang terbaik untuk berhari raya, busana terbaik yang kita miliki lho, bukan busana terbaik yang ada di toko.

Berbagi
Anak bisa diajak berbagi kegembiraan dengan teman-teman yang kurang beruntung. Dengan berbagi anak belajar mensyukuri segala yang ia miliki. Anak bisa dilibatkan dalam menentukan apa yang bisa ia berikan kepada teman-teman yang kurang beruntung tersebut.

Keterlibatan dalam keluarga
Anak adalah anggota penting dalam keluarga, maka persiapan lebaran seyogyanya tidak hanya menjadi monopoli orang tua saja. Anak bisa dilibatkan mulai dari menentukan kue kering yang akan dibuat, penataan ruangan, dsb. Tentu setelah dilibatkan dalam diskusi anak juga bisa diberi kesempatan untuk ikut membantu dalam prosesnya. Keterlibatannya dalam proses menyambut hari raya akan membuat anak merasa berguna, yang akan meningkatkan rasa percaya diri anak.

Silaturahmi
Mengajak anak untuk ikut serta dalam agenda penting lebaran ini, akan memberinya kesempatan belajar bersosialisasi, etika, dsb. Perlu diupayakan agar anak tetap merasa nyaman dalam mengikuti silaturahmi, misalnya hindari menghardik anak di depan orang asing, beri anak kesempatan untuk sesekali terlibat dalam pembicaraan, kenalkan anak kepada keluarga atau kerabat yang kita temui, dsb.

Mengelola keuangan
Biasanya di hari lebaran akan akan panen “angpaw” dari orang dewasa yang ditemui. Karena yang diberi adalah anak, maka kita perlu menghargai bahwa itu adalah ”harta” anak kita. Jadi biarkan ia menyimpannya, dan setelah itu kita bisa mengajak anak berdiskusi tentang pemanfaatan uang tersebut. Diupayakan agar uang tersebut tidak langsung habis untuk jajan, tapi ditabung sehingga bisa untuk membeli keperluan yang lebih besar untuk anak. Atau disedekahkan,jika anak memang menghendakinya.

Kreativitas
Hari raya bisa menjadi waktu yang baik untuk mengasah kreativitas. Misalnya anak diajak menata parcel, membuat kartu lebaran, menghias kue, dsb.

Lebaran memang hari yang menggembirakan bagi semua, baik orang dewasa maupun anak-anak. Hati yang bersih dan niat yang mulia, akan memudahkan kita dalam mengenalkan makna positif lebaran kepada anak-anak. Selamat berlebaran, bagi anda yang merayakannya.

Powered By Blogger
Template by layout4all