Senin, 15 Februari 2010

Maunya Berdebat Terus

Hasanah Safriyani, Psi / Materi siaran di Radio Anak Jogja

Beberapa orang tua mengeluhkan anaknya selalu membantah jika diajak bicara. Seiring dengan berkembangnya pola asuh yang semakin demokratis, kemampuan anak untuk berargumentasi pun semakin baik. Anak tidak hanya sekedar diam dan mengikuti apa saja yang diperintahkan orang tua, tapi juga bisa menjawab, menawar bahkan ikut mengatur. Lalu apakah kebiasaan anak mendebat itu bisa dianggap wajar, atau merupakan hal yang berlebihan?

Betulkan anak harus selalu menurut?
Anak bukan robot. Ini harus kita hayati lebih dulu sebelum mengulas tentang perilaku mendebat. Anak juga memiliki keinginan sendiri, punya sudut pandangnya sendiri, dan dia membutuhkan wadah untuk bisa mengutarakannya. Sayangnya, kemampuan anak dalam mengontrol emosi dan memilih kata belum begitu baik sehingga argumentasi yang dikeluarkan anak kadang dimunculkan dengan teriakan, atau kata yang kurang tepat sehingga di mata orang tua tampak sebagai perbuatan yang tidak sopan.

Apa yang terjadi saat anak berargumentasi?
Saat berargumentasi, anak sebetulnya sedang belajar menyatakan apa yang ia pikirkan dalam bentuk kalimat. Dengan begitu anak sedang mengembangkan kemampuan daya pikir, bahasa (memilih dan memformulasikan kata dalam bentuk kalimat) sekaligus mengolah emosinya. Maka perilaku mendebat bisa juga disebut dengan kemampuan argumentasi anak. Kemampuan berargumentasi memiliki peranan penting dalam menentukan posisi tawar seseorang dalam sebuah masalah.

Kenapa Mendebat?

* Mengemukakan perbedaan pendapat
* Ingin tahu tentang sesuatu
* Memancing respon orang dewasa
* Coba-coba
* Ingin mengungkapkan ide yang terlintas di benaknya
* Mendapatkan keinginannya


Apa yang sebaiknya dilakukan orang tua

* tanggapi jika diperlukan saja
* bantu anak memilih kata
* control emosi
* gunakan metode kaset rusak. Fokus pada apa yang ingin kita sampaikan
* buat kesempatan

Powered By Blogger
Template by layout4all