Kamis, 10 Juni 2010

Lebih senang bergaul dengan orang dewasa

Herlita Jayadianti
Koordinator Divisi Media Kampanye ECCD-RC/harian Jogja April 2010


Penting bagi anak untuk belajar bersosialisasi dengan lingkungan sebayanya. Seperti diketahui, selain faktor genetik atau keturunan, lingkungan juga merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Pergaulan anak dengan lingkungan sebaya juga bertujuan menumbuhkan rasa percaya pada orang lain dan bisa saling berbagi. Berbagi juga erat hubungannya dengan persahabatan, berteman, maupun menunggu giliran. Sayangnya kondisi ideal ini tidak serta merta dapat terwujud. Beberapa anak ternyata lebih senang atau kalau boleh dikatakan tidak ada pilihan untuk hanya bergaul dengan orang dewasa saja. Apakah lalu ini jadi masalah...?? Jika orang dewasanya baik-baik semua, tentu saja tidak jadi soal. Justru yang dikhawatirkan bila si kecil bergaul dengan orang dewasa yang berperilaku tidak baik seperti merokok atau omong kasar/kotor, karena dampaknya akan lebih negatif buat anak, karena orang dewasa umumnya jadi model buat anak hingga perilakunya bagaikan contoh konkret untuk ditiru, lalu adakah dampaknya? Dan bagaimana solusinya? Berikut uraiannya

Apa saja faktor yang menyebabkan anak senang bergaul dengan orang dewasa ?
- Ada hambatan pada anak. Hambatan bisa bermacam-macam entah cacat fisik seperti tuli atau mengalami keterbelakangan mental. Dalam kasus seperti ini, banyak orang tua yang malah "mengurung" anaknya di rumah atau tidak mengizinkan anak main di luar rumah. Alasannya beragam selain keamanan juga khawatir kalau anak jadi bahan ejekan teman-teman sebaya.
- Anak dilarang bergaul karena ada perbedaan status sosial ekonomi dengan lingkungan sekitar. Tidak jarang, orang tua dengan status sosial ekonomi lebih tinggi melarang anaknya bergaul dengan tetangga sekitar. Dianggapnya, pergaulan anak "kampung" tidak baik hingga takut anaknya terpengaruh. Tentu saja, pelarangan ini cuma akan menjauhkan anak dari lingkungannya hingga lebih memilih bermain dengan orang dewasa, karena anak merasa hal itulah yang mungkin.
- Orang tua mengkondisikan anak untuk selalu bergaul dengan orang dewasa. Sejak kecil, orang tua tidak membiasakan anak bergaul dengan teman sebayanya, tapi justru lebih sering mengikutsertakan anak dalam pergaulannya atau lingkungan dewasa. Hingga, tanpa sadar berarti sudah mengkondisikan anak pada lingkungan dewasa tersebut. Terlebih jika orang tua pun lupa untuk juga memberi anak kesempatan bertemu dengan teman-teman sebayanya.
- Lingkungan sekitar rumah tak ada anak kecil sebaya. Ada, kan, lingkungan yang tidak ada anak kecilnya? Biasanya dapat kita jumpai pada kompleks perumahan lama yang sudah stabil hingga kebanyakan penghuninya orang-orang yang sudah tua. Jikapun ada anak, sudah besar-besar semua. Nah, bila orang tua tinggal di lingkungan seperti ini, tentu tidak memungkinkan anak bergaul dengan teman sebaya, kecuali jika orang tua mencarikan alternatif buat anaknya.

Dampak yang bisa diperoleh anak saat bergaul dengan orang dewasa

Dampak positif
- Anak akan lebih cepat mengerti dalam hal-hal tertentu dibanding teman sebayanya, Misal, si kecil sering bergaul dengan orang dewasa yang hobi komputer, mungkin ia akan bisa lebih cepat tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer dibanding teman sebayanya yang tidak bermain seperti itu.

Dampak negatif
- Anak jadi lebih matang. Namun matang di sini bukan berarti ia jadi mandiri, melainkan lebih terbiasa atau lebih cepat mengerti obrolan-obrolan orang dewasa. Akibatnya anak jadi sulit masuk ke lingkungan teman-teman sebayanya. Pasalnya, frame yang terdapat di kepala si kecil hampir layaknya orang dewasa. Hingga, kala berhadapan dengan teman-teman sebayanya, ia merasa asing. Sebaliknya, teman-temannya pun akan merasa asing dengan kehadirannya. Hingga, bisa terjadi mereka akan terbengong-bengong ketika si kecil tengah membicarakan sesuatu yang belum terjangkau oleh wawasan teman-temannya. Jika sudah begitu, kasihan si kecil, kan? Bisa-bisa ia tak ada temannya.
- Anak meniru tingkah laku orang dewasa yang tidak baik seperti merokok atau berbicara kasar. Anak juga secara tidak langsung bisa mengakses fasilitas orang dewasa seperti film atau buku-buku dewasa. Tentunya ini bisa terjadi jika tanpa pengawasan atau pendampingan dari orang dewasa.

Solusi agar anak tidak terlalu banyak bergaul dengan orang dewasa

- Carikan teman sebaya dan dorong si kecil untuk bergaul dengan mereka. Jika di lingkungan sekitar rumah tidak ada teman sebaya atau sangat kurang kesempatannya untuk bersosialisasi, orang tua harus aktif mencari tahu tempat-tempat kegiatan untuk anak seusianya. Entah di sanggar balita semacam sanggar melukis, menari, menyanyi, dan lainnya maupun di kegiatan keagamaan seperti sekolah Minggu atau Taman Pendidikan Al Qur'an, dan sebagainya. Dengan begitu, si kecil bisa punya banyak teman sebaya.
- Orangtua harus berani untuk mengurangi kegiatan anak bersama orang dewasa, tapi tidak secara drastis tentu. Melarang anak tentu tidak boleh terlalu keras. apa yang kita larang malah semakin dilakukan oleh anak. Selain itu, dalam melarang pun kita perlu menjelaskan dengan jujur alasannya. Misal, merokok dan omong kasar merupakan perilaku buruk hingga tidak boleh ditiru. Jika si kecil protes, jelaskan saja dampaknya bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan.
- anjurkan anak untuk mencari teman main lain atau kenalkan si kecil pada teman sebayanya yang menurut kita baik untuknya sebagi teman bermain. Kemudian, saat si kecil bermain di rumah temannya itu, sempatkan waktu untuk memastikan mereka bermain dengan cara wajar sebagaimana yang dilakukan anak-anak lain sebaya mereka.


semoga bermanfaat

Powered By Blogger
Template by layout4all