Kamis, 10 Juni 2010

Mengenal DISLEKSIA ( DYSLEXIA )

Herlita Jayadianti koord Divisi Media kampanye ECCD-RC Jogja

Disleksia BUKAN PENYAKIT , tetapi merupakan salah satu gangguan dalam pembelajaran yang biasanya dialami oleh anak-anak ( bisa dideteksi saat usia 3 tahun ) . umumnya, masalah pembelajaran yang dihadapi adalah seperti membaca, menulis, mengeja, dan menganalisa. Oleh karena itu dyslexia biasanya mengarah pada mereka yang menghadapi masalah untuk membaca dan menulis walaupun mempunyai daya pemikiran yang normal ( untuk mengetahui apakah orang tersebut disleksia atau tidak harus melalui tes IQ terlebih dahulu. Dan IQ harus diatas 70). Maka mereka yang mengalami Disleksia dapat dipastikan adalah orang yang tidak mengalami kecacatan, gangguan pendengaran atau penglihatan dan kebodohan, malah sebagian dari mereka adalah orang-orang dengan intelektual yang tinggi.

Kenapa harus ada tes ?
1. karena orang yang sulit membaca karena hambatan visual dan auditory ( bukan karena gangguan otak ) hanya butuh kacamata tidak perlu terapi disleksia.
2. anak-anak yang sulit membaca karena trauma, pernah mengalami pelecehan seksual, cemas berlebih ( bukan karena gangguan otak ) butuh penanganan terapi psikis bukan disleksia.
3. masyarakat miskin yang tidak bisa membaca karena fasilitas juga tidak bisa diterapi disleksia.

Penyebab Disleksia
Disleksia terjadi akibat kerja otak yang berbeda daripada keadaan yang normal. perbedaan ini bisa disebabkan oleh kecacatan pada otak saat pembentukan didalam kandungan.

Ciri-ciri disleksia
1. Lambat bicara jika dibandingkan kebanyakan anak seusianya dan tidak dapat mengucapkan kata-kata secara benar.
2. Lambat mengenali alfabet, angka, hari, minggu, bulan, warna, bentuk dan informasi mendasar lainnya. Serta sulit dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
3. Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.
4. Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan.
5. Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b – d, u – n, m – n.
6. Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya.
7. Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca.
8. Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misalnya kata ”gajah” ducapkan menjadi ”gagah”, "pelajaran" dibaca "perjalanan".
9. Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi.
10. Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis.
11. Lupa mencantunkan huruf besar, serta lupa meletakkan tanda-tanda baca lainnya, seperti titik atau koma.
12. Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik/ tulisannya jelek sekali.
13. Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang naik, kadang turun.
14. Punya kebiasaan membaca terlalu cepat hingga salah mengucapkan kata atau bahkan terlalu lambat dan terputus-putus.
15. Rancu dalam memahami konsep kiri¬kanan, atas-bawah, utara-selatan, timur-barat.
16. Memegang alat tulis terlalu kuat/keras
17. Rancu atau bingung dengan simbol-simbol matematis. Misalnya tanda +, -, x, :, dan sebagainya.
18. Sulit mengikuti lebih dari sebuah instruksi dalam satu waktu yang sama.
Penanganan
Apabila orangtua dan guru mulai mencurigai bahwa anak mengidap disleksia, hendaknya segera berkonsultasi dengan psikolog atau klinik/ sekolah pengajaran khusus (special education) untuk mendapatkan informasi mengenai cara penangan yang tepat. Karena bukan penyakit maka disleksia tidak boleh diobati. Disleksia hanya boleh ditangani oleh psikologi atau terapis disleksia. Pengidap disleksia umunya akan diberi terapi untuk meningkatkan kemahiran linguistik, berfikir, dan sosial.

Informasi Lain Terkait Disleksia
1. anak-anak dari keluarga bilingual sangat mungkin mengidap disleksia.
2. disleksia banyak ditemui pada anak-anak dari negara yang bahasanya ( antara penulisan dan pengucapan beda ) seperti prancis, jerman, amerika, inggris.
3. kasus disleksia banyak terjadi juga di negara-negara Afrika yang bahasa tidak ditulis dan tidak ada hurufnya. ( umunya disuku pedalaman afrika bahasa hanya diucapkan seperti mantra ).
4. pada orang disleksia ada fokus yang berganda/menyebar sehingga tulisan bisa bertumpuk dua atau bahkan 3. untuk mengtasainya bisa dibantu dengan kaca mata prisma ( dibuat oleh dokter mata ). Kacamata ini jika dipakai dalam jangka panjang bisa berbahaya maka hanya boleh dipakai saat membaca saja. Dan pada pemakaiannya harus diobservasi dan jika tidak berdampak baik jangan diteruskan.
5. orang dengan disleksia tidak akan bisa menulis dengan penuh dan benar. misalnya : disleksi: Disleki, assesment: asseamend, intervention: interwenschen
6. Di Cina hampir tidak ada kasus disleksia ( tidak ada beda antara yang disleksia dan tidak ) kenapa bisa terjadi..?karena di cina orang terbiasa mendengarkan pembicaraan orang lain sampai selesai. Yang dipahami kalimat perkalimat ( kalau kita kata perkata ). Sehingga disana working memorinya kuat.
*Dari berbagai sumber

Powered By Blogger
Template by layout4all